Jumat, 11 Januari 2013

Komponen Biotik dan Abiotik Hutan Mangrove

Tags

Kabupaten Subang merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Barat yang berada di wilayah utara pulau Jawa (pantura). Ekosistem pesisir pantura mewarnai kehidupan masyarakat desa-desa yang berada di sepanjang pantai wilayah kabupaten ini. Kabupaten Subang yang memiliki luas wilayah 205.176,95 ha, berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 48/1999 terbagi atas 22 Kecamatan atau 243 Desa dan 8 Kelurahan (Anonim, 2005). Hanya 4 kecamatan yang merupakan kecamatan di wilayah pesisir, yaitu Kecamatan Blanakan (7 desa pesisir), Pamanukan (1 desa pesisir), Legonkulon (5 desa pesisir), dan Pusakanegara (1 desa pesisir).
Peta wilayah Pamanukan, Subang Jawa Barat (dan inset)
Ekosistem mangrove di kawasan pantai utara Jawa (Pantura), khususnya di pesisir Pamanukan Kabupaten Subang dari dulu sampai saat ini telah mengalami banyak perubahan, di mana sesuai dengan fungsi yang disandang adalah sebagai hutan lindung yang berada dalam kawasan hutan negara dan dikelola oleh Perum Perhutani BKPH Ciasem-Pamanukan. Namun pada kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa ekosistem mangrove sudah banyak yang terkonversi menjadi lahan tambak yang diusahakan masyarakat guna memenuhi kebutuhan hidup dengan komoditi utama berupa ikan bandeng dan udang. Dari segi ekologi, jelas ini merupakan penyimpangan yang tidak bisa dibenarkan karena selain menghilangkan sebagian ekosistem mangrove juga telah mengubah ciri fisik rantai makanan yang ada sebelumnya .
Vegetasi utama yang mendominasi ekosistem mangrove di pesisir Pamanukan Subang, Jawa Barat yaitu jenis Avecennia marina. Selain itu terdapat pula jenis Rhizophora mucronata. Adapun karakteristik ekosistem mangrove di wilayah tersebut yaitu berupa substrat lumpur dan genangan air. Seperti tampak pada gambar 1.
Gambar 1
Tidak jauh berbeda, jenis-jenis fauna yang hidup di daerah ekosistem mangrove pada umumnya. Jenis fauna mangrove di daerah Pamanukan pun terdiri dari berbagai macam burung, mamalia, reptil, serangga (fauna darat) dan kepiting , kerang-kerangan (bivalvia), cacing, udang-udangan, ikan-ikan kecil, ikan-ikan besar (fauna air) serta mikroorganisme (detritus) pastinya.
Tingkatan trofik yang terjadi yaitu umumnya dari tingkat produsen primer → konsumen 1 → konsumen 2 → predator → detritus (pengurai). Namun dengan kondisi dan situasi yang berbeda-beda dan dengan adanya keanekaragaman jenis fauna disana, maka rantai makanan tidak selalu sesuai dengan tingkatan trofik diatas. Misalnya, telah terjadi rantai makanan seperti ini :
1.Daun jatuh (mangrove) Detritus
Disini telah terjadi rantai makanan ”produsen primer → pengurai”
2. Daun jatuh (mangrove) udang-udangan ikan kecil burung bangau detritus
Disini telah terjadi rantai makanan ”produsen primer → konsumen 1 → konsumen 2 → predator → pengurai”
Selain rantai makanan diatas, tentunya rantai makanan yang terjadi sangatlah bervariasi. Agar kita dapat lebih memahami berbagai rantai makanan yang terjadi pada ekosistem mangrove, maka kita akan memperjelasnya dengan bagan dibawah ini.
Jika terjadi rantai makanan, maka telah terjadi aliran energi didalamnya. Nutrien-nutrien, unsur hara baik makro (K, Mg, Ca, P, N) dan mikro (Fe, Cu, Mn). Sebagaimana kita ketahui bahwa aliran energi merupakan suatu siklus yang sejalan dengan adanya rantai makanan, siklus ini bisa dikatakan senyawa-senyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik lalu kembali lagi ke komponen abiotik.
Pada ekosistem mangrove, nutrien unsur hara makro dan mikro ada yang terserap oleh akar mangrove, ataupun terendapkan dalam lumpur dan terakumulasi atau diserap langsung oleh fauna air. Jika diserap oleh mangrove maka telah terjadi perpindahan energi dari lingkungan ke biotik (mangrove). Selanjutnya mangrove yang mati (daun gugur) dimakan oleh fauna air ataupun darat (konsumen 1) maka pada tahap ini telah terjadi perpindahan baik materi maupun energi ke fauna tersebut, energi ini dimanfaatkanya baik untuk bergerak, tumbuh, bahkan sampai tahap perkembangbiakan. Jika setelah tahap ini terjadi proses makan dimakan lagi maka perpindahan energi pun akan terus berlanjut sampai pada tingkat pengurai. Kemudian aliran energi dan senyawa-senyawa kimia kembali ke lingkungan.
LAMPIRAN GAMBAR
(fauna-fauna yang menempati ekosistem mangrove di pesisir Pamanukan)


EmoticonEmoticon