Kabupaten Subang merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa
Barat yang berada di wilayah utara pulau Jawa (pantura). Ekosistem
pesisir pantura mewarnai kehidupan masyarakat desa-desa yang berada di
sepanjang pantai wilayah kabupaten ini. Kabupaten Subang yang memiliki
luas wilayah 205.176,95 ha, berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.
48/1999 terbagi atas 22 Kecamatan atau 243 Desa dan 8 Kelurahan (Anonim,
2005). Hanya 4 kecamatan yang merupakan kecamatan di wilayah pesisir,
yaitu Kecamatan Blanakan (7 desa pesisir), Pamanukan (1 desa pesisir),
Legonkulon (5 desa pesisir), dan Pusakanegara (1 desa pesisir).
Peta wilayah Pamanukan, Subang Jawa Barat (dan inset)
Ekosistem mangrove di kawasan pantai utara Jawa (Pantura), khususnya
di pesisir Pamanukan Kabupaten Subang dari dulu sampai saat ini telah
mengalami banyak perubahan, di mana sesuai dengan fungsi yang disandang
adalah sebagai hutan lindung yang berada dalam kawasan hutan negara dan
dikelola oleh Perum Perhutani BKPH Ciasem-Pamanukan. Namun pada
kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa ekosistem mangrove sudah banyak
yang terkonversi menjadi lahan tambak yang diusahakan masyarakat guna
memenuhi kebutuhan hidup dengan komoditi utama berupa ikan bandeng dan
udang. Dari segi ekologi, jelas ini merupakan penyimpangan yang tidak
bisa dibenarkan karena selain menghilangkan sebagian ekosistem mangrove
juga telah mengubah ciri fisik rantai makanan yang ada sebelumnya .
Vegetasi utama yang mendominasi ekosistem mangrove di pesisir
Pamanukan Subang, Jawa Barat yaitu jenis Avecennia marina. Selain itu
terdapat pula jenis Rhizophora mucronata. Adapun karakteristik ekosistem
mangrove di wilayah tersebut yaitu berupa substrat lumpur dan genangan
air. Seperti tampak pada gambar 1.
Gambar 1
Tidak jauh berbeda, jenis-jenis fauna yang hidup di daerah ekosistem
mangrove pada umumnya. Jenis fauna mangrove di daerah Pamanukan pun
terdiri dari berbagai macam burung, mamalia, reptil, serangga (fauna
darat) dan kepiting , kerang-kerangan (bivalvia), cacing, udang-udangan,
ikan-ikan kecil, ikan-ikan besar (fauna air) serta mikroorganisme
(detritus) pastinya.
Tingkatan trofik yang terjadi yaitu umumnya dari tingkat produsen
primer → konsumen 1 → konsumen 2 → predator → detritus (pengurai). Namun
dengan kondisi dan situasi yang berbeda-beda dan dengan adanya
keanekaragaman jenis fauna disana, maka rantai makanan tidak selalu
sesuai dengan tingkatan trofik diatas. Misalnya, telah terjadi rantai
makanan seperti ini :
1.Daun jatuh (mangrove) Detritus
Disini telah terjadi rantai makanan ”produsen primer → pengurai”
2. Daun jatuh (mangrove) udang-udangan ikan kecil burung bangau detritus
Disini telah terjadi rantai makanan ”produsen primer → konsumen 1 → konsumen 2 → predator → pengurai”
Selain rantai makanan diatas, tentunya rantai makanan yang terjadi sangatlah bervariasi. Agar kita dapat lebih memahami berbagai rantai makanan yang terjadi pada ekosistem mangrove, maka kita akan memperjelasnya dengan bagan dibawah ini.
1.Daun jatuh (mangrove) Detritus
Disini telah terjadi rantai makanan ”produsen primer → pengurai”
2. Daun jatuh (mangrove) udang-udangan ikan kecil burung bangau detritus
Disini telah terjadi rantai makanan ”produsen primer → konsumen 1 → konsumen 2 → predator → pengurai”
Selain rantai makanan diatas, tentunya rantai makanan yang terjadi sangatlah bervariasi. Agar kita dapat lebih memahami berbagai rantai makanan yang terjadi pada ekosistem mangrove, maka kita akan memperjelasnya dengan bagan dibawah ini.
Jika terjadi rantai makanan, maka telah terjadi aliran energi
didalamnya. Nutrien-nutrien, unsur hara baik makro (K, Mg, Ca, P, N) dan
mikro (Fe, Cu, Mn). Sebagaimana kita ketahui bahwa aliran energi
merupakan suatu siklus yang sejalan dengan adanya rantai makanan, siklus
ini bisa dikatakan senyawa-senyawa kimia yang mengalir dari komponen
abiotik ke biotik lalu kembali lagi ke komponen abiotik.
Pada ekosistem mangrove, nutrien unsur hara makro dan mikro ada yang
terserap oleh akar mangrove, ataupun terendapkan dalam lumpur dan
terakumulasi atau diserap langsung oleh fauna air. Jika diserap oleh
mangrove maka telah terjadi perpindahan energi dari lingkungan ke biotik
(mangrove). Selanjutnya mangrove yang mati (daun gugur) dimakan oleh
fauna air ataupun darat (konsumen 1) maka pada tahap ini telah terjadi
perpindahan baik materi maupun energi ke fauna tersebut, energi ini
dimanfaatkanya baik untuk bergerak, tumbuh, bahkan sampai tahap
perkembangbiakan. Jika setelah tahap ini terjadi proses makan dimakan
lagi maka perpindahan energi pun akan terus berlanjut sampai pada
tingkat pengurai. Kemudian aliran energi dan senyawa-senyawa kimia
kembali ke lingkungan.
LAMPIRAN GAMBAR
(fauna-fauna yang menempati ekosistem mangrove di pesisir Pamanukan)
EmoticonEmoticon